Jumat, Oktober 29, 2010

Profil Alm. Mbah Marijan

Posted by VICKY on Jumat, Oktober 29, 2010 | No comments


Raden Ngabehi Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Maridjan (nama asli: Mas Penewu Surakso Hargo; lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 1927;) adalah seorang juru kunci gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setiap gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi.
Pada tahun 1970 Mbah Maridjan diangkat menjadi abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta dan oleh Sultan Hamengku Buwono IX diberi nama baru, yaitu Mas Penewu Suraksohargo1. Pada saat itu, sebagai abdi dalem, Mbah Maridjan diberi jabatan sebagai wakil juru kunci dengan pangkat Mantri Juru Kunci, mendampingi ayahnya yang menjabat sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Pada saat menjadi wakil juru kunci, Mbah Marijan sudah sering mewakili ayahnya untuk memimpin upacara ritual labuhan di puncak Gunung Merapi. Setelah ayahnya wafat, pada tanggal 3 Maret 1982, Mbah Maridjan diangkat menjadi juru kunci Gunung Merapi.

Sebagai seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan jabatan juru kunci, Mbah Maridjan juga menunjukkan nilai-nilai kesetiaan tinggi. Meskipun Gunung Merapi memuntahkan lava pijar dan awan panas yang membahayakan manusia, dia bersikukuh tidak mau mengungsi.
Nama Mbah Maridjan naik daun saat Merapi meletus pada 2006 lalu. Saat itu, ia menolak untuk mengungsi meski dibujuk langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X.
Sikap Mbah Maridjan menuai kecaman sekaligus pujian. Karena keberaniannya dan setia pada tugasnya merawat Merapi.
Sejak kejadian Gunung Merapi mau meletus tahun 2006, Mbah Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh masyarakat luas tersebut, Mbah Maridjan ditunjuk untuk menjadi bintang iklan salah satu produk minuman energi.

Meninggal
Pada tanggal 26 Oktober 2010, terjadi letusan gunung merapi yang disertai awan panas setinggi 1,5 kilometer. Gulungan awan panas tersebut meluncur turun melewati kawasan tempat mbah marijan bermukim. Mbah Maridjan Ditemukan Meninggal Dunia dalam Posisi Sujud di Dapur rumahnya.

Sang tokoh yang menjadi korban terjangan awan panas letusan Gunung Merapi ini dimakamkan di Dusun Srunen, Desa Glagahardjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Keluarga besar dirundung duka. Saat prosesi pemakaman, Ponirah, istri Mbah Maridjan, dipapah dan terlihat tegar. Namun Wignyo Suprapto, adik Mbah Maridjan, tidak henti-hentinya menangis terisak. Tangisan duka mendalam itu pun kembali terurai seusai prosesi pemakaman, saat Wignyo menerima banyaknya ucapan belasungkawa.
Ratusan warga sebelumnya sudah berkumpul 2,5 jam sebelum jenazah Mbah Maridjan dan adiknya tiba di pemakaman. Seusai jenazah dikebumikan, pusara abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta yang diberi nama Mas Penewu Soeraksohargo ini tak sepi dikerumuni warga. Mereka silih berganti berdoa di pusara juru kunci Gunung Merapi yang setia ini.
Selamat Jalan Mbah Maridjan..Semoga Pengabdianmu menjadi panutan bagi masyarakat Indonesia…

[top]

Filed Under:

0 komentar:

Posting Komentar